Kualitas pelayanan
kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang
di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta pihak lain yang tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
telah ditetapkan.
Tjiptono (2000:54) menyebutkan
bahwa kualitas pelayanan memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.
Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan
hubungan yang kuat dengan perusahan. Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini
memmungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta
kebutuhan mereka. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan dengan cara memaksimumkan pengalaman pelanggan/pasien yang
menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang
menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan
atau loyalitas pelanggan/pasien kepada perusahaan yang memberikan kualitas yang
memuaskan.
Menurut
Hendroyono dalam menilai kualitas jasa terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa
yaitu nyata/berwujud, keandalan, cepat tanggap, kompentensi, kemudahan,
keramahan, komunikasi, kepercayaan, keamanan, pemahaman pelanggan.
Dalam perkembangan dirasakan adanya
dimensi mutu yang tumpang tindih antara satu dengan yang lain dikaitkan dengan
kepuasan pelanggan. Oleh Hendroyono dimensi tersebut difokuskan menjadi lima
dimensi kualitas jasa/pelayanan, yaitu:
1) Berwujud
(tangiabel), meliputi penampilan
fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.
2)
Keandalan (reability),
yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang telah dijanjikan secara konsisten
dan dapat diandalkan (akurat).
3)
Cepat
tanggap (responsiveness), yaitu
kemauan untuk membantu pelanggan dan menyediakan jasa/pelayanan yang cepat dan
tepat.
4)
Kepastian
(assurance) mencakup pengetahuan dan
keramah-tamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan
kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki
para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
5)
Simpati
(empaty), meliputi pemahaman
pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam
melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar