Cari Blog Ini

Sabtu, 07 Mei 2011

Pencegahan Umum Terhadap Rekurensi Batu Ginjal

Batu ginjal bersifat residif. Berdasarkan penelitian Uribarri (1989), risiko terbentuknya batu kedua sebesar 14% pada tahun pertama, 35% pada lima tahun berikutnya, dan 52% pada 10 tahun kemudian. Oleh sebab itu, meskipun batu telah keluar baik secara spontan maupun intervensi urologi, rekurensi batu harus dicegah.
Pencegahan pertama yang dapat dilakukan terhadap rekurensi batu ginjal adalah menjaga jumlah air kemih, yakni dengan menjaga asupan minum per hari sebanyak 2,5-3 liter. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah pengeluaran air kemih, yang akhirnya akan mengurangi kejenuhan komponen kristal pembentuk batu. Di samping itu, volume air kemih yang cukup akan mengikis kristal yang sudah terbentuk.
Pencegahan berikutnya adalah diet mengandung kalsium. Lebih dari 80% batu terbentuk dari unsur kalsium. Borghi dkk melakukan penelitian mengenai efek diet kalsium terhadap kekambuhan batu pada pasien yang menderita hiperkalsiuria idiopatik. Hasilnya adalah bahwa kelompok diet tinggi kalsium (dengan pembatasan diet oksalat, protein, dan garam) mengalami kekambuhan batu ginjal lebih rendah dibandingkan yang diet rendah kalsium.
Diet rendah oksalat juga dapat menjadi salah satu pencegahan. Penelitian Borghi menyatakan, agar batu ginjal jenis kalsium tidak mengalami kekambuhan, maka sebaiknya diet tinggi oksalat harus dibatasi. Meskipun ada berbagai jenis makanan yang mengandung oksalat, namun yang lebih banyak kandungan oksalatnya adalah jenis makanan seperti sayuran berwarna hijau, gula bit, kulit ari biji gandum (wheat bran), kacang-kacangan, biji-bijian, produk kedelai, teh, coklat, dan stroberi.
Pencegahan berikutnya adalah pembatasan konsumsi garam dapur. Pengeluaran kalsium bersama air kemih berkaitan langsung dengan pengeluaran natrium atau garam. Mengurangi komsumsi garam dapur <2 gram/hari memberikan beberapa efek yang menguntungkan, seperti: mengurangi ekskresi kalsium, meningkatkan kadar sitrat di ginjal, mengurangi kejenuhan garam urat, yang semuanya secara sinergi akan menurunkan kristalisasi kalsium oksalat.
Pencegahan selanjutnya adalah pembatasan protein hewani. Mengkonsumsi protein hewani mempunyai beberapa efek yang mempengaruhi kimiawi air kemih, seperti: menurunkan ekskresi sitrat dan meningkatkan ekskresi kalsium dan asam urat. Beberapa contoh protein hewani yang harus dibatasi konsumsinya adalah jantung, hati, usus, limpa, otak, sardin, dan kerang.
Terakhir adalah serat atau fiber. Menurut kemampuan cerna usus, serat dibagi menjadi dua, yakni serat tak larut (insoluble fiber) dan serat larut (soluble fiber). Serat larut yang mengandung bahan pektin memberikan keuntungan tubuh karena sifatnya yang dapat mengikat asam lemak dan kolesterol. Sedangkan serat tak larut bagi penderita batu ginjal menguntungkan karena serat ini akan mengikat kalsium, sehingga kalsium yang diserap usus berkurang dan ekskresi melalui ginjal berkurang. Serat tak larut banyak dijumpai pada bayam, kangkung, daun bayung, kacang panjang, buncis, gandum, beras.

Dikutip dari artikel berjudul Manajemen Batu Ginjal yang ditulis oleh JB Suharjo B Cahyono, Bagian Penyakit Dalam RS K Charitas Palembang, seperti dimuat di majalah MEDICINUS edisi Maret-Mei 2010, hal. 29. Artikel selengkapnya dapat dilihat di http://www.dexa-medica.com/supportandservices/healthcareprofessionals/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar