MAMMOGRAPHY
Anatomi dan Fisiologi
Payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan berfungsi untuk mengeluarkan air susu. Organ ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang berkembang menjadi susunan kompleks pada wanita, tetapi rudimeter pada pria, berasal dari penebalan epidermis. Payudara berbentuk seperti setengah bulatan yang agak gepeng. Payudara terletak dalam fasia superfisialis di daerah antara sternum dan axial, melebar dari iga kedua sampai iga ketujuh. Bagian tengah terdapat putting susu yang dikelilingi areola mammae yang berwarna coklat. Dekat dasar putting susu terdapat kelenjar montgomeri yang mengeluarkan zat lemak supaya putting tetap lemas. Putting mempunyai lubang kurang lebih 15 sampai 20 tempat saluran air susu.
A. Struktur payudara, meliputi :
1) Puting susu
Merupakan bagian tengah pada payudara. Putting susu terdiri dari jaringan yang dapat menampung darah menjadi keras dan menegang. Air susu yang mengering juga dapat menimbulkan kerak dan dapat merangsang kulit dan menimbulkan eczema. Kerusakan putting susu dapat menimbulkan peradangan sehingga harus dijaga kebersihannya.
2) Areola
Adalah daerah yang berwarna cokelat atau merah muda di sekitar putting susu. Perubahan warna areola dapat menentukan kemungkinan kehamilan tua dan perubahan-perubahan yang dipengaruhi hormon.
3) Kolostrum
Merupakan cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan dan mengandung gizi serta antibodi. Terdapat dalam payudara pada saat dua hari pertama nifas dan hamil. Selain itu kolostrum juga banyak mengandung protein dan garam.
4) Air susu ekstra
Setelah menyusui, payudara harus segera dikosongkan dengan cara memijat untuk mengeluarkan air susu yang masih tertinggal. Hal ini dikarenakan air susu yang tertinggal mengakibatkan penyumbatan duktus laktiferus.
5) Jaringan-jaringan
Terdapat banyak jaringan pada payudara antara lain jaringan payudara, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Pada radiograf jaringan lemak akan memberi gambaran opaq.
Payudara terdiri atas bahan-bahan kelenjar susu (kelenjar alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu). Saluran limfe sebagai fleksus halus dalam ruang interlobular jaringan kelenjar bergabung mermbentuk saluran lebih besar. Pada perempuan perubahan dan perkembangan buah dada terjadi setelah masa remaja atau pubertas terdapat penambahan jaringan kelenjar. Seorang wanita mulai menstruasi pertama terjadi sedikit perbesaran payudara disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progresteron yang dihasilkan oleh ovarium, lama kelamaan payudara berkembang penuh dan penimbunan lemak menimbulkan pembesaran yang tetap. Pada masa menopause lama kelamaan ovarium berhenti berfungsi dan jaringan payudara mengerut.
Gambar 1. Anatomi Mammae
B. Hal-hal fisiologis yang mempengaruhi payudara yaitu :
1) Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia.
Ø Menjelang menarche, pertumbuhan berambah dengan terbentuknya percabangan duktus proliferasi stroma di antara duktus.
Ø Pada pubertas terjadi pertambahan stroma dan duktus stroma dan duktus terminal yang kecil tumbuh menjadi alveolus-alvolus.
Ø Pada saat menopouse payudara mengecil kurang padat. Terjadi pengurangan jumlah dan besarnya lobulus serta tampak pertambahan jaringan elastis.
2) Perubahan berhubungan dengan siklus haid.
Ø Pada saat proliferasi setelah haid, pengaruh estrogen meningkat mengakibatkan prolifersi duktus dan epitel alveolus, duktus melebar dan hipertrofik.
Ø Pada masa setelah ovulasi akibat pengaruh progesteron, stroma menjadi sembab dan bertambah selnya.
Ø Pada masa haid, akibat kadar estrogen dan progesterone yang menurun terjadi kerusakan sel epitel, atrofi jaringan ikat, edema jaringan interstisium menghilang, pengecilan duktus dan kelenjar.
3) Perubahan karena kehamilan dan laktasi.
Pada masa kehamilan dan laktasi, tampak perubahan pada payudara. Payudara akan menjadi penuh dan padat. Hal ini dikarenakan ukuran dan jumlah lobulus bertambah.
Hal-hal fisiologis tersebut dipengaruhi oleh hormon ovarium dan hipofisis. Pada wanita terdapat Releasing Factor (RF) yang dikeluarkan dari hipotalamus ke hipofisis yang merangsang pengeluaran Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Lutenising Hormon (LH), keduanya dikeluarkan dari hipofisis anterior. Selain kedua hormon tersebut, estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berpoliferasi dan menyebabkan kelenjar yang berlekuk-lekuk dan bersekresi.
C. Berikut adalah tahap-tahap perkembangan payudara yaitu :
1) Adolescent
Bentuk dan ukuran payudara ini terdapat pada anak-anak dan remaja (8 –18 tahun), beberapa jaringan belum berkembang.
2) Prepregnancy
Terdapat pada orang yang belum atau dalam masa hamil, lobus dan kelenjar-kelenjar sudah berkembang dengan tujuan mepersiapkan masa menyusui.
3) Reproductive
Terjadi pada masa setelah atau tidak sedang menyusui tetapi belum menopouse. Keadaan lobus menggumpal, terjadi pada umur 20 – 50 tahun.
4) Menopouse
Keadaan lobus-lobus yang menyatu, terjadi pada masa reproduksi akhir.
5) Senescent
Terjadi pada masa tua atau tidak ada lagi kelenjar-kelenjar susu yang berkembang.
Gambar 2. Tahap-tahap perkembangan Mammae
D. Pengeluaran air susu (laktasi) terbagi menjadi 2 tahap yaitu :
1) Sekresi air susu
Pada kehamilan minggu ke-16 mulai terjadi sekresi cairan bening dalam saluran kelenjar payudara, disebut kolostrum. Setelah bayi lahir pengeluaran kolostrum air susu dirangsang oleh hormo prolaktin.
2) Pengeluaran air susu
Air susu mendapat rangsangan dari bayi supaya keluar secara normal tergantung hisapan bayi, mekanisme dalam payudara yang berkontraksi memeras air susu keluar dari alveoli masuk dalam air susu.
Patologi
A. Kelainan congenital
1) Polymastia (jumlah yang berlebih)
Akibat dari penebalan epidermis yang persisten pada tempat lain sepanjang garis susu (milk line), maka dapat ditemukan payudara yang lebih dari sepasang, atau putting susu yang lebih dari sepasang.
2) Accessorius, supernumerary (jaringan payudara tambahan)
Kelainan berupa jaringan payudara yang menonjol dari asalnya menuju ke garis depan axilla, dapat juga sampai ketiak. Dapat mengalami dysplasi, namun berbeda dengan metastasis tumor payudara pada kelenjar limfe.
3) Infersi konginetal puting susu
Kelainan ini banyak ditemukan pada wanita yang memiliki payudara besar dan menggantung. Penyebabnya dapat dikarenakan duktus tidak dapat mengikuti pertumbuhan payudara, namun dapat hilang waktu hamil. Kelainan ini perlu diketahui untuk membedakan dengan refraksi akibat radang atau karsinoma.
B. Radang
Radang pada payudara biasanya jarang dijumpai, biasanya terjadi pada masa laktasi.
1) Mastitis akut dan abses payudara
Mastitis akut sering ditemukan pada masa laktasi. Pada permulaan masa lakasi sering terjadi fisura pada puting susu yang kadang-kadang didahului aczema atau penyakit kulit lain dan sering terjadi infeksi bakteri. Infeksi tersebut biasanya unilateral, dapat berupa abses yang soliter atau multiple. Bila sembuh timbul jaringan perut yang mengakibatkan retraksi kulit atau putting susu. Jarang mengenai daerah yang luas atau duktus ekskretorius sehingga kemudian hampir tidak pernah menimbulkan kesukaran menyusui.
2) Ektasi duktus payudara (comedomastistis, plasmacell mastitis).
Terjadi akibat penyumbatan sekret dalam duktus sehingga terjadi radang infraduktus dan periduktus. Kelainan ini perlu diketahui karena mengakibatkan nyeri, teraba suatu tumor dan mengakibatkan refraksi kulit atau putting susu yang perlu dibedakan dengan karsinoma.
C. Nekrosis lemak
Merupakan kelainan yang ditemukan sebagai lesi yang berbatas tegas, yaitu nekrosis fokal pada jaringan lemak payudara yang diikuti reaksii radang. Penyebab nekrosis lemak ialah trauma.
D. Tumor
Tumor merupakan kelainan terpenting karena tumor payudara menduduki tempat pertama di antara tumor-tumor ganas. Angka kematian tertinggi juga disebabkan oleh karsinoma payudara.
1) Karsinoma payudara
Disebabkan oleh beberapa factor antara lain virus (air susu), keturunan, hiperestrinisme, dan trauma.
2) Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah benjolan padat yang kecil dan jinak pada payudara terdiri dari jaringan kelenjar dan fibrosa. Merupakan tumor jinak yang ditemukan pada masa reproduksi sebelum 30 tahun dan merupakan pertumbuhan yang meliputi kelanjar dan stroma jaringan ikat.
3) Papiloma dan karsinoma papiler
Tampak pertumbuhan papiler dalam duktus atau duktus yang melebar kistik. Apabila berubah manjadi ganas, epitel menjadi atipik, bertumpuk-tumpuk dan tampak infasi menembus membrana basalis kedalam stroma, disebut karsinoma papiler.
4) Colloid atau mucoid carcinoma (karsinoma berlendir)
Merupakan jenis karsinoma yang jarang ditemukan dan tumbuh perlahan-lahan. Perabaan agak lunak dan berbatas jelas, bagian tengah tumor biasanya mengalami pencairan dan pendarahan.
5) Karsinoma infraduktus
Berasal dari duktus, tepatnya di dalam membrana basalis duktus. Duktus dapat melebar dan berisi secret dan jaringan nekrotik yang mengering seperti keju.
6) Giant fibroadenoma (cystosarcoma phylloides)
Yaitu fibroadenoma yang cepat tumbuh dan menjadi besar sehingga timbul nekrosis pada kulit, serta anaplasi pada stroma.
7) Medullary carcinoma
Membentuk massa tumor yang lunak, bergaris tengah 5-10 cm. Tidak ditemukan jaringan ikat yang jelas.
8) Penyakit paget
Merupakan karsinomsa intraduktus pada saluran ekskresi utama yang menyebar ke kulit putting susu dan areola, sehingga terjadi kelainan menyerupai eczema.
E. Galactocele
Ialah dilatasi kistik duktus yang terjadi selama laktasi. Biasanya yang terkena ialah sebuah duktus dan menimbulkan kista. Pada masa akut, kista tersebut nyeri tekan dan bila dikeluarkan terdiri atas sebuah kista berisi seperti susu, dilapisi oleh epitel duktus yang menipis. Bila didiamkan maka kista menjadi lebih keras dan berisi zat seperti keju.
F. Ketidakseimbangan endokrin
Kelainan yang paling sering ditemukan meliputi separuh dari semua operasi payudara disebabkan perubahan siklus payudara melebihi yang normal terjadi pada siklus haid. Dikenal dengan hiperplasi kistis (mammary dysplasia, fibrocystis disease)
Gambaran penting yang ditemukan yaitu:
1) Fibrosis (mazoplasia)
Tampak pertumbuhan stroma yang berlebihan tanpa hiperplasi epitel.
2) Kelainan kistik (boodgood’s disease, schimmel busch’s disease, blue dome cyst)
Merupakan jenis mammary dysplasia dengan ciri-ciri hiperplasia epitel dan stroma serta pembentukan kista. Kista mempunyai sifat yang berbeda. Sering terjadi kista menghilang atau berubah ukurannya. Pada umumya kista tersebut mudah bergerak, mirip fibroadenoma. Bentuknya bulat dan berbatas tegas.
3) Adenosis (hiperplasi duktus, papillomatosis duktus, sclerosing adenosis, adenomatosis)
Sering ditemukan pada usia 35-45 tahun, lebih dominasi dari pada hiperplasi epitel, juga ditemukan fibrosis dan kelainan kistik.
MAMMOGRAFI
A. Pengertian Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan struktur anatomis mammae dengan film khusus baik dengan menggunakan media kontras atau tidak.
B. Pesawat Mammografi
Pemeriksaan mammografi memerlukan seperangkat pesawat sinar-X yang mempunyai komponen khusus. Hal ini dikarenakan organ yang diperiksa mempunyai struktur yang khusus berupa soft tissue atau jaringan lunak.
Adapun bagian-bagian pesawat mammografi adalah sebagai berikut: :
1) Kapasitas pesawat
Pesawat mammografi yang digunakan mempunyaii kapasitas tegangan tabung rendah ( 25 –35 kvp ) dan mAs yang tinggi.
Jenis-jenis mAs total pada pesawat mammografi adalah sebagai berikut:
ØLow speed film ( 2000 mAs )
Ø Intermediate non screen film ( 500 mAs )
Ø Convensional non screen film (200 mAs ).
Penggunaan factor eksposi berupa kV rendah diikuti dengan peningkatan mAs, dimaksudkan untuk mendapatkan kontras yang tinggi dalam radiograf .
2) Ukuran focal spot
Ukuran focal spot dari pesawat mammografi antara 0,1 sampai 0,6 mm. Ukuran focal spot kecil diperlukan untuk mendapatkan ketajaman yang baik dari organ. Pesawat mammografi biasanya dibuat sistem anoda putar dan bahan dari tungsten atau molybdenum untuk memungkinkan penggunaan fokus kecil pada pembebanan arus tabung.
3) Pembatas sinar
Pembatas sinar pada pesawat mammografi berupa conus yang dapat diganti-ganti sesuai dengan besarnya ukuran payudara.
4) Filter
Filter pada pesawat mammografi dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas berkas yang sesuai dengan keperluan, sehingga sinar-X yang mempunyai panjang gelombang tinggi akan diserap oleh filter. Filter yang digunakan adalah molybdenum dengan ketebalan 0,03 sampai 0,5 mm Al.
5) Alat kompresi
Alat kompresi pada pesawat mammografi berfuingsi untuk menghilangkan kerutan–kerutan pada kulit, menahan bagian payudara agar tidak bergerak, dan untuk mendapatkan penampang payudara yang lebih luas. Alat ini dibuat dari bahan yang intensitasnya homogen sehingga tidak memberikan bayangan yang menganggu gambaran.
6) Grid
Grid berfungsi untuk mengurangi sinar hambur diantara obyek dan film. Pesawat mammografi biasanya menggunakan grid dengan ratio 3,5 : 1. Grid yang digunakan yaitu grid yang bergerak dan pergerakannya sudah diatur oleh pesawat.
7) Film
Film yang digunakan dalam mammografi biasanya non screen dengan emulsi tunggal (single emulsi) tanpa lembaran penguat, diletakkan dalam suatu amplop. Film ini berukuran 15 x 20 cm.
Gambar . Pesawat mammografi
Gambar .Bagian-bagian pesawat mamografi
C. Teknik kV rendah
Merupakan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan tegangan tabung (kV) rendah (45 – 50 kV). Teknik ini bertujuan sebagai berikut :
Ø Perbedaan kontras jaringan lunak besar.
Ø Kalsifikasi yang ada pada jaringan lunak, tendon dan arteri.
Ø Invaginasi penyakit yang berasal jaringan lunak yang menuju tulang atau sebaliknya.
Penggunaan teknik kV rendah yaitu :
Ø Melihat jaringan lunak.
Ø Mengetahui korpus alienum non opak.
Ø Melihat pus atau nanah.
Ø Melihat ada tidaknya robekan ligamentum.
Ø Melihat adanya kalsifikasi.
D. Indikasi Mammografi
Tujuan klinik dari pemeriksaan mammografi secara umum adalah mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara.
Pemeriksaan mammografi dilakukan apabila :
Ø Screening test, pemeriksaan penyaring terutama pada wanita yang berumur di atas 35 tahun.
Ø Tiap kelainan benjolan pada payudara kemungkinan dapat dibedakan ganas atau tidak.
Ø Keluhan rasa tidak enak.
Ø Keluhan kelenjar getah bening axial.
Ø Mempunyai riwayat keganasan.
Ø Pada pasien-pasien pasca operasi (mastektomi) payudara yang kemungkinan kambuh atau keganasan.
Ø Diagnosa klinik Paget Disease of The Nipple.
E. Persiapan
1) Persiapan pasien
Pada pemeriksaan mammografi tidak ada persiapan pasien secara khusus. Persiapan yang diperlukan oleh radiografer antara lain :
Ø Informasi yang jelas tentang pelaksanaan pemeriksaan
Ø Komunikasi yang baik
Ø Melepas pakaian
Ø Menjauhi benda opaq pada daerah mammae
2) Persiapan alat dan bahan
Ø Mammografi unit, mempunyai bagian-bagian meliputi :
· Anoda Mo
· Kaset khusus
· Ada conus
· Filter Al
Ø Film khusus mammografi, mempunyai karakteristik :
· Non screen
· High definition
Ø Baju pasien
Ø Media kontras (bila diperlukan)
Ø Processing film
F. Teknik Radiografi Mammografi
1) Proyeksi Supero Inferior (Cranio Caudal)
Untuk memperlihatkan struktur jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pandangan superior inferior.
Posisi pasien : Duduk di atas kursi atau dapat juga berdiri
Posisi obyek : - Mammae diletakkan di atas kaset.
- Film diatur horizontal
- Tangan sebelah mammae yang difoto
manekan kaset ke arah dalam (posterior),
tangan lain di belakang tubuh.
- Sebaiknya dengan sistem kompresi
(mengurangi ketebalan mammae agar rata
dan tipis)
- Kepala menoreh ke arah yang berlawanan
Arah sinar : Vertical tegak lurus film
Titik bidik : Pertengahan mammae
FFD : 35-40 cm
Gambar. Posisi objek proyeksi cranio caudal
Gambar 6. Hasil dan criteria radiograf proyeksi cranio caudal
2) Proyeksi Medio Lateral
Bertujuan memperlihatkan jaringan payudara terutama daerah lateral.
Posisi pasien : - Tidur atau berdiri miring, sedikit obliq ke
posterior.
- Bagian mammae yang difoto terletak
didekat kaset.
Posisi obyek : - Mammae diletakkan di atas kaset dengan
posisi horizontal.
- Lengan posisi yang difoto diletakkan di atas
sebagai ganjal kepala.
- Lengan lain menarik mammae yang tidak
difoto ke arah medio lateral agar tidak
superposisi dengan lobus lain.
Arah sinar : Tegak lurus mammae arah medio lateral
Titik bidik : Pertengahan mammae
FFD : Sedekat mungkin (konuc menempel mammae), bila perlu kontak.
(gambar proyeksi medio lateral)
Gambar. Posisi objek proyeksi medio lateral
Gambar. Hasil dan criteria radiograf proyeksi medio lateral
3) Proyeksi Latero Medial
Bertujuan untuk memperlihatkan struktur payudara dengan jelas terutama pada daerah medial.
Posisi pasien : Berdiri atau duduk menghadap meja pemeriksaan
Posisi obyek : - Kedua tangan menyilang di atas penyangga
kaset
- Kaset ditempatkan merapat dengan dinding
dada pada tepi medial obyek yang
diperiksa.
- Dilakukan kompresi
- Bidang vertical payudara yang diperiksa
sejajar dengan dinding dada.
Arah sinar : Horisontal tegak lurus bidang vertical payudara dan bidang kaset.
Titik bidik : Menembus axis payudara yang berbatasan dengan dinding dada.
FFD : 14 - 20 inchi (35 - 50 cm)
Ekposi pada saat tahan napas dan diam.
Gambar. Posisi pasien proyeksi latero medial
4) Proyeksi Axila
Bertujuan untuk melihat penyebaran tumor di bagian kelenjar axial.
Posisi pasien : Berdiri dari posisi AP tubuh yang tidak difoto dirotasikan anterior 150-300 sehingga sedikit oblik.
Posisi obyek : - Obyek diatur di tengah film
- Film vertical pada tepi posterior
- Batas atas film yaitu iga 11-12
- Lengan sisi yang difoto diangkat ke atas
dan fleksi denagn tangan di belakang
kepala, lengan yang tidak difoto diletakkan
di samping tubuh.
Arah sinar : Horizontal tegak lurus film
Titik bidik : 5 cm di bawah axila
FFD : 35 – 50 cm
Gambar. Posisi pasien proyeksi axila
5) Proyeksi Obliq
Memperlihatkan struktrur payudara dari pandangan medio lateral.
Posisi pasien : Duduk atau berdiri menghadap pesawat.
Posisi obyek : - Payudara yang diperiksa ditarik ke depan
dan diletakkan di atas kaset.
- Kaset membentuk sudut 450 dari horizontal,
terletak pada tepi lateral bawah dari
payudara yang diperiksa.
- Dilakukan kompresi.
- Bidang tranversal payudara sejajar dengan
Proyeksi Axila kaset.
Arah sinar : 450 medio lateral tegak lurus kaset.
Titik bidik : Menembus axis payudara yang berbatasan dengan dinding dada.
FFD : 35 – 50 cm
Gambar. Posisi pasien proyeksi oblik
Gambar. Hasil dan kriteria radiograf proyeksi oblik
G. Kriteria Radiograf
1) Proyeksi Cranio Caudal
Ø Tampak semua jaringan payudara termasuk pada bagian sentral, subareola, dan bagian tengah dari payudara ( terkadang otot – otot dada masuk dalam gambaran.
Ø Posterior nipple line ( PNL ) dengan ukuran 1cm dari MLO ( medial lateral oblik ).
2) Proyeksi Medio Lateral
Tampak jaringan payudara dari arah lateral masuk daerah axilla dan otot-otot dada.
3) Proyeksi Latero Medial
Tampak jaringan payudara dari arah lateral masuk daerah axilla dan otot-otot dada.
4) Proyeksi Axial
Tampak jaringan payudara dibagian aksila. Tampak otot-otot dada, central payudara dan jaringan subareola.
5) Proyeksi Oblik
Ø Tampak jaringan payudara dari otot–otot dada sampai nipple.
Ø Tampak inframammary fold (IML) dan payudara tidak boleh dalam keadan droop (kendor).
H. Proteksi radiasi
Tujuan dari proteksi radiasi pada pemeriksaan mammografi antara lain :
Ø Menghindari dosis yang diterima pasien melampaui batas yang diijinkan.
Ø Menghindari kerusakan organ tubuh lain yang peka terhadap radiasi.
Macam-macam tindakan proteksi radiasi pada pemeriksaan mammografi meliputi :
Ø Dilakukan hanya bila ada perintah dari dokter.
Ø Luas lapangan pemeriksaan seminimal mungkin.
Ø Bekerja seteliti mungkin dan mempergunakan efisiensi waktu dengan baik.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 1. Paparan Kasus
A. Data Pasien
Pada pemeriksaan mammografi dengan kasus fibrocystic, mengambil kasus seorang pasien dengan data sebagai berikut :
Nama : Ibu T.
Umur : 28 Tahun
Alamat : -
B. Riwayat Patologis Pasien
Ibu T. mempunyai seorang anak berusia 12 bln, ada benjolan di payudara kiri sebesar 2.5 cm. Ibu T. tidak merasakan sakit dan kalau sakit tidak bisa dipastikan rasa sakitnya berasal dari benjolan atau bukan. Benjolan tersebut baru ketahuan 2 bulan setelah melahirkan.
Berdasarkan paparan kasus tersebut, penulis menyarankan agar segera dilakukan pemeriksaan Mammografi, sehingga dapat segera diketahui patologinya dan nantinya akan dapat ditangani secara tepat.
Dengan membawa lembar permintaan foto rontgen dari dokter, pasien datang ke instalasi radiologi. Prosedur pemeriksaan di jelaskan oleh petugas dan siap menjalankan pemeriksaan Mammografi.
3. 2. Prosedur Pemeriksaan
A. Tujuan Pemeriksaan
Adapun tujuan dari pemeriksaan mammae ini adalah untuk melihat kelainan pada payudara bagian kiri yang diidentifikasikan sebagai gejala yang mengarah ke penyakit fibrocystic.
B. Persiapan Pemeriksaan
1) Persiapan Pasien
Persiapan yang diperlukan oleh radiografer pada pemeriksaan mammografi dengan kasus fobrocystic yaitu :
Ø Memberikan informasi tentang tata pelaksanaan pemeriksaan kepada pasien terlebih dahulu sebelum pemeriksaan dimulai.
Ø Memberi tahu pada pasien supaya melepas pakaian dan berganti dengan baju pasien.
Ø Meminta pasien supaya bersedia melepas perhiasan di sekitar payudara.
Ø Komunikasi yang baik antara radiografer dengan pasien selama pemeriksaan berlangsung.
2) Persiapan Alat
Beberapa alat yang perlu disiapkan dalam pemeriksaan mammogrtafi ini adalah :
Ø Mammografi unit
Ø Film khusus mammografi.
Ø Baju pasien
Ø Processing film
Pada pemeriksaan ini tidak menggunakan media kontras karena termasuk pemotretan biasa dan sudah memberikan diagnosa yang cukup meski tanpa media kontras.
C. Teknik Pemotretan
Pemeriksaan mammografi pada kasus Fibrocystic, menggunakan teknik pemotretan sebagai berikut :
1) Proyeksi Supero Inferior (Cranio Caudal) perbandingan dex sin.
Untuk memperlihatkan struktur jaringan payudara dengan jelas dilihat dari pandangan superior inferior.
Posisi pasien : Duduk di atas kursi atau dapat juga berdiri
Posisi obyek : - Mammae diletakkan di atas kaset
- Film diatur horizontal
- Tangan sebelah mammae yang difoto
manekan kaset ke arah dalam (posterior),
tangan lain di belakang tubuh.
- Sebaiknya dengan sistem kompresi
(mengurangi ketebalan mammae agar rata
dan tipis)
- Kepala menoreh ke arah yang berlawanan
Arah sinar : Vertical tegak lurus film
Titik bidik : Pertengahan mammae
FFD : 35-40 cm
2) Proyeksi Lateral (Medio Lateral) perbandingan dex sin.
Bertujuan memperlihatkan jaringan payudara terutama daerah lateral.
Posisi pasien : - Tidur atau berdiri miring, sedikit obliq ke
posterior.
- Bagian mammae yang difoto terletak
di dekat kaset.
Posisi obyek : - Mammae diletakkan di atas kaset dengan
posisi horizontal.
- Lengan posisi yang difoto diletakkan di atas
sebagai ganjal kepala.
- Lengan lain menarik mammae yang tidak
difoto ke arah medio lateral agar tidak
superposisi dengan lobus lain.
Arah sinar : Tegak lurus mammae arah medio lateral
Titik bidik : Pertengahan mammae
FFD : Sedekat mungkin (konus menempel mammae), bila perlu kontak.
3. 3. Pembahasan
Pemeriksaan mammografi dengan kasus fibrocystic dilakukan dengan mengunakan dua proyeksi, yaitu proyeksi supero inferior perbandingan dextra dan sinistra dan proyeksi medio lateral perbandingan dextra dan sinistra. Pada proyeksi supero inferior digunakan untuk melihat struktur jaringan payudara dilihat dari pandangan superior inferior (atas ke bawah). Sedangkan proyeksi medio lateral akan memperlihatkan jaringan payudara terutama daerah lateral (samping). Kedua proyeksi ini bersifat kombinasi dimana keduanya saling melengkapi dan saling mendukung sehingga diagnosa akan lebih akurat. Pemeriksaan mammografi menggunakan proyeksi perbandingan bertujuan untuk melihat perbedaan yang terjadi pada kedua payudara kanan dan kiri.
Pemeriksaan Mammografi memerlukan komunikasi yang baik antara radiografer dan pasien agar tidak terjadi salah paham dan pemeriksaan dapat dilakukan sesuai prosedur dan hasil yang diperoleh akan maksimal.
Proteksi radiasi yang digunakan adalah dengan pembatasan lapangan penyinaran dan menghindari pengulangan foto. Pemeriksaan ini dilakukan hanya apabila ada perintah dari dokter, dimana pasien membawa lembar permintaan foto. Ini dikarenakan organ yang akan difoto adalah salah satu organ reproduksi wanita yang vital dan bersifat radiosensiitif.
Untuk mendapatkan diagnosa yang lebih jelas maka pemeriksaan ini dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan USG sebagai pemeriksaan penunjang, sehingga dapat diketahui patologinya dan ditangani secara tepat.
BAB IV
PENUTUP
4. 1. KESIMPULAN
a. Pemeriksaan mammografi pada kasus fibrocystic menggunakan dua proyeksi yaitu proyeksi supero inferior perbandingan dextra sinistra dan proyeksi medio lateral perbandingan dextra dan sinistra.
b. Proteksi radiasi yang digunakan adalah menggunakan pembatasan lapangan penyinaran dan menghindari adanya pengulangan foto.
c. Bisa dilakukan pemeriksaan USG sebagai pemeriksaan penunjang untuk mendapatkan diagnosa yang jelas.
4. 2. SARAN
a. Dalam pemeriksaan mammografi diperlukan komunikasi yang baik antara dokter, radiografer dan pasien agar pelaksanaan mammografi dapat berjalan dengan lancar
b. Sebelum pemeriksaan dilaksanakan sebaiknya radigrafer memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang pelaksanaan pemeriksaan yang akan dilaksanakan.
c. Sebaiknya radiografer melakukan tindakan proteksi radiasi dalam melakukan pemeriksaan, seperti :
Ø Dilakukan hanya bila ada perintah dokter
Ø Luas lapangan seminimal mungkin
Ø Bekerja seteliti mungkin
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, P. W., 2000, Merril’s Atlas of Radiographic Position and Radiologic Procedures, Eigth Edition, Volume Two, C. V. Mosby Company, St. Louis.
Bontrager, Kenneth L, 2001, Text Book of Radiograpjic Positioning and Related Anatomy, Fifth Edition, The masby, United Stated of America
Evelyn, C. P.,1989, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia, Jakarta.
Pearce, E.C., 1995, Anatomi dan Fisiologi Paramedis, PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar